Sabtu, 19 Februari 2011

Batik Back To Nature Wujud CInta Alami

Dunia kini sedang hangat dengan wacana Go Green. Kampanye hijau marak diteriakan orang hampir disetiap sudut belahan dunia. Bagaimana Indonesia sebagai Negara produsen batik terbesar menjawabnya? Ironis memang, ketika perajin batik menghasilkan karya seni yang dihargai banyak orang di berbagai belahan dunia, pada saat yang sama mereka mencemari lingkungan yang mereka tempati. Para perajin batik umumnya menggunakan pewarna sintetis yang merusak lingkungan. Maka saat ini muncul tren penggunaan pewarna alami dalam proses pembuatan batik. Kini pewarna alam kembali diminati dan berkembang dikalangan pembuat batik walaupun lebih rumit pembuatannya. Alasan utamanya adalah pewarna alam lebih ramah lingkungan dan otomatis hasil warnanya lebih natural, lebih sejuk dipandang mata. Bahan utama yang digunakan untuk membuat pewarna alam ini dapat ditemukan di sekitar kita, bunga, kulit buah bahkan kulit kayu juga dapat dimanfaatkan. Cara pembuatannya pun cukup sederhana, kita hanya perlu mencuci material yang akan dipergunakan, lalu dipotong kecil-kecil dan direbus minimal 12 jam. Semakin lama kita merebusnya semakin bagus hasil pewarnaannya. Bahan alam yang digunakan untuk menghasilkan warna yang baik pada batik di antaranya tanaman mahoni dan indigo yang menghasilkan warna yang unik dan indah. Tanaman mahoni dan indigo biasanya menghasilkan warna gelap seperti cokelat tua dan cokelat muda, dengan ketahanan warna cukup lama, sehingga tidak mudah pudar. Harian Bernas menurunkan berita kelebihan pewarna alam dalam teknik pewarnaan batik. Sekilas batik yang menggunakan pewarna alam terlihat mbladus dan mudah pudar warnanya, namun pada saat pencucian pertama warnanya tidak akan luntur. Kelebihan-kelebihan tersebut diungkapkan oleh Bixa Orellana Collection dalam pameran yang digelar di Hotel Santika 13 Desember silam. Penggunaan warna alam selain lebih ramah lingkungan, juga turut melestarikan kebudayaan yaitu kembali seperti batik aslinya di zaman dulu ketika menggunakan bahan kayu ataupun akar pohon sebagai pewarna batik. Walaupun begitu tidak semua kayu dapat dijadikan pewarna batik. Diantara kayu yang dapat digunakan sebagai pewarna batik adalah kayu pohon indigo yang menghasilkan warna biru dan pohon soga yang menghasilkan warna coklat. Kayu soga ini mempunyai tiga macam jenis yaitu kayu tinggi, tegeran, dan jambal. Adapun secara lengkap bahan pewarna alami yang digunakan oleh Bixa untuk produk batiknya antara lain Indigofera Tinctoria, Bixa Orellana, Caesalpinia Sappan, Cundrania Javanensis (Machlura Rachanhinensis). (Bernas, 5 Januari 2003)

Sabtu, 19 februari 2011 di Epicentrum Walk diselenggarakan acara membatik dengan teknik tiede menggunakan pewarnaan alam. Acara yang memecahkan rekor muri ini diikuti oleh 1530 orang pelajar dan mahasiswa se-Jabodetabek. Ajang ini merupakan rangkaian acara sosialisasi batik menggunakan pewarna dari alam yang ramah lingkungan. Tujuan acara ini adalah untuk memperkenalkan batik pada anak muda supaya tertarik dan harapannya berminat melestarikan budaya. Menurut penuturan Sri Sari Sumaningsih direktur sanggar budaya Jawa Jawi Java acara Batik Back To Nature disamping memperkenalkan kalangan muda untuk mengenal batik lebih jauh, sekaligus untuk memperkenalkan pewarnaan batik yang alami dan aman.

Batik kita batik ramah lingkungan……………..

Sumber:

http://www.batikrumah.com/tag/pewarnaan-dengan-bahan-alam

Tidak ada komentar: